Bindusara menyarankan dia untuk beristirahat. "Devi pasti menunggumu". Asoka mengangguk dan melihat ibunya sekali sebelum pergi. Salah satu tangan Dharma mengepal dengan erat.
Devi sedang bersiap-siap ketika Asoka datang. Dia mencoba untuk mengikat blusnya. Asoka dan Devi melihat satu sama lain di cermin. Asoka menuangkan air untuk dirinya sendiri. Devi bertanya tentang Dharma.
Asoka menjawab, "dia baik-baik saja. Aku terus bersamanya. Aku tidak merasa seperti akan pergi. Aku pikir aku harus melanjutkan tugasku. Acarya pasti membutuhkan aku". Devi mengatakan kepadanya untuk istirahat dulu. "Semua pekerjaan dan tidak ada istirahat, tidak akan baik untukmu". Asoka tersenyum. "Ibu baru saja sakit dan kau sudah mengambil tempatnya. Dia menegurku dengan cara yang sama".
Devi menjawab, "tidak ada yang bisa mengambil tempat seorang ibu. tidak juga aku. Meskipun aku bisa memijat kepalamu dengan minyak panas seperti Ibu lakukan". Devi tersenyum manis sambil memijat kepala Asoka.
Tabib datang untuk memeriksa Dharma. Bindusara telah membawa kaadha untuk Dharma. tetapi sepertinya itu tidak mengganggu tidurnya.
Tabib meyakinkannya ia tidak akan membangunkannya. Dia memeriksa Dharma dan tertegun. Bindusara bertanya kepadanya, "apa yang terjadi". Tabib menggeleng pada Bindusara. Ini mengisyaratkan bahwa Dharma sudah tidak ada. Kaadha jatuh dari tangan Bindusara. "Tidak. Itu tidak mungkin". Dia memegang bahu Tabib. "Hal ini tidak mungkin. Periksa Dharma. Tidak ada yang bisa terjadi padanya". Dia mencoba membangunkan Dharma tetapi sia-sia.
Tabib memberitahu dia untuk mengendalikan diri. "Dia telah berhenti bernapas. Hatinya tidak berdetak". Bindusara tidak percaya. "Dia meminta air dan aku pergi untuk membawanya. Dia tidur dengan damai setelah itu". Tabib menyangkal. Ini mengisyaratkan bahwa dia telah lama mati. "Mungkin rasa sakitnya terlalu banyak, dan dia meninggal dalam tidurnya". Bindusara menolak untuk percaya. "Tolong buka matamu Dharma". Bindusara menjerit, "DHARMA". Semua orang mendengar dia. Asoka, Vit dan Devi berlari ke kamar Bindusara. Mereka bengong melihat Dharma mati.
Asoka bertanya pada ayahnya, "mengapa kau menangis. Ibu tidur. Dia akan bangun oleh suaramu. Jangan menangis". Dia terus mengulanginya. "Dia akan baik-baik saja". Semua orang berkumpul disana. Asoka meminta semua orang untuk pergi. "Ibu tidak perlu begitu banyak orang di sekelilingnya. Kami akan menghubungi kalian ketika Ibu sudah baik". Bindusara membalik dia dalam satu gerakan cepat dan menggeleng pada Asoka.
Asoka mengatakan, "Ibu mengatakan dia ingin melihat ku memenuhi impian bersatunya India. dia ingin melihat Vit tumbuh dan banyak lagi. Dia berjanji pada kita. Ibu tidak pernah mengingkari janjinya. Kau juga tahu ini. Mari kita bertanya pada Ibu. Dia hanya beristirahat". Vit menangis sagat keras. "Kau membuatnya takut. Jika kau akan terpuruk, maka bagaimana Vit akan mengelola dirinya". Dia mencoba menenagkan Vit. "Ibu baik-baik saja".
Asoka berjalan ke Devi. Asoka membawa dia pada ayahnya, dan meminta Devi mengatakan padanya bahwa Ibu hanya istirahat. "Ibu harus melihat anak-anak kami, dan bermain dengan mereka. Devi diam-diam menangis. Asoka bertanya padanya, "mengapa kau diam". Devi menamparnya untuk membawa dia kembali ke kenyataan. Semua orang tertegun. Devi berteriak pada Asoka bahwa Ibu tidak akan pernah kembali sekarang. "Dia sudah tidak ada".
Asoka menggeleng dan menolak untuk percaya. Dia mencoba memberikan air untuk ibunya. "Beritahu semua orang, bahwa tidak ada yang terjadi padamu". Sushima dan Siamak datang. Mereka menonton Asoka panik mencoba membangunkan ibunya. Asoka mengatakan, "apa yang telah terjadi pada Ibu. Dia masih hidup. Dia hanya ingin beristirahat". Sushima berpikir, "Dharma tidak mati sebelumnya". Tabib mengatakan, "kita tidak bisa melakukan apa pun sebelum keinginan Dewa".
Asoka berteriak, "itu bukan keinginan Dewa". Acarya Radagupta berkata pada Raja, "upacara terakhir Rani Dharma sudah siap dilakukan. untuk itu dia harus berpakaian seperti pengantin". Bindusara mengangguk sambil menangis. Asoka memperingatkan ayahnya untuk tidak memberikan izin. "Tidak ada yang terjadi pada Ibu. Dia masih hidup". Dia terus berusaha membangunkan ibunya. "Tolong beritahu semua orang bahwa kau baik-baik saja Bu. Mereka mengatakan kau mati. beritahu mereka".
Dia menangis. Dharma tidak merespon atau bereaksi. Asoka menyesal tidak bisa menyelamatkan ibunya di saat terakhirnya. Aku di sini bersamanya. Aku seharusnya bisa menyelamatkannya. Aku sangat buruk. Aku tidak bisa melakukan apa-apa". Dia marah dan memukul benda di sekitranya. Lasendra juga datang. Vit berdiri di dekat saudaranya. Asoka memegang dia. Lasendra berpikir, "ini adalah apa yang dia takutkan. Tuhan tahu apa yang akan terjadi sekarang. Entah Asoka akan menghancurkan dirinya sendiri. atau dia akan menghancurkan semua orang".
Asoka melihat adiknya. Dia ingat, ibunya mengatakan kepadanya tugasnya terhadap adiknya. "Kau harus berpikir tentang Vit sebelum melakukan sesuatu". Dia berlutut dan terpuruk. Vit berkata, "ibu tidak dengan kita, tetapi aku bersamamu. Tolong Jangan menangis. Ibu pasti mengawasi kita. Dia akan merasa sedih". Kedua Saudara itu berpelukan dengan emosional. Asoka menjerit, "Ibu". Semua orang menangis kecuali Sushima.
Siamak sedang mengemas tasnya. Sushima melempar pakaiannya. "Jangan bertindak bodoh dalam ketakutan". Siamak mengatakan, "saranmu tidak dapat menghentikanku pergi. Aku seharusnya pergi tadi malam". Sushima memperingatkan dia, "jangan bertindak bodoh. Satu-satunya cara untuk tetap hidup adalah dengan bertindak normal. Lakukan itu saja. Tabib mengatakan Dharma meninggal secara damai. Aku memberitahumu untuk bersikap normal, sehingga tidak ada yang akan tahu". Ia akan pergi ketika ia melihat Charumitra. Siamak bilang, "aku tidak membunuhnya, tapi Sushima yang melakukannya". Charumitra terkejut.
Seorang wanita menyanyikan beberapa mantra untuk kedamaian jiwa Dharma. Devi membersihan tubuh Dharma dengan handuk, tapi Charumitra menawarkan diri untuk melakukannya. "Kau melakukan tugasmu segera setelah kau datang disini. Aku tidak akan membiarkan pengantin kebetulan sepertmu melakukan ritual seperti itu". Dia pikir, "tidak ada yang boleh meragukan apa pun". Devi minggir dan tampak sedih.
Charumitra melihat tanda di leher Dharma saat dia menyiapkannya. Dia memakaikan kalung di leher Dharma untuk menyembunyikan itu. Chanda memakaikan gelang di kaki Dharma. Charumitra melihat Dharma. "Kau membuat hidupku seperti neraka dalam kelahiran ini. Aku tidak akan mampu menanggung yang lain lagi. Chanda mengambil jejak kaki Dharma di handuk dan memberikannya kepada Devi. Charumitra mengumumkan bahwa mayat Dharma sudah siap untuk upacara terakhir. tidak ada yang menyadari tangan Dharma yang mencegkram erat.
Lihat juga:
Episode sebelumnya : Sinopsis Ashoka Samrat 6 september 2016 Episode 420
Episode selanjutnya : Sinopsis Ashoka Samrat 8 September 2016 Episode 422
Video chakravartin ashoka samrat episode 7 September 2016
Belum ada tanggapan untuk "Sinopsis Ashoka Samrat Terbaru 7 September 2016 Episode 421 color TV"
Posting Komentar